Jiwamu Ojo Mabuk Prinsip Lan Persepsi
Amarga Angel Di
Sadarake.
Jangan Mabuk
Prinsip Lan Persepsi Karena Sulit Disadarkan
Bagi orang Jawa dimanapun berada harus menyelenggarakan kesadaran dalam
dirinya sebagai iman konkret sehari - hari. Ketidaksadaran diri sebagai
pantangan hidupnya sehari – hari. Ketidaksadaran itu disebut dengan mabuk.
Istilah mabuk sebagai fenomena lupa diri. Lupa diri atau mabuk disebabkan
terjadinya gelombang energi hawa dan nafsu tanpa arah dan liar tak terkendali.
Ada dua pengertian lupa diri dalam mabuk, berlebihnya energi hawa dan nafsu
hingga menjadi emosi yang menguatkan vitalitas tubuh jasmani atau justru
melemahkan tubuh jasmani. Keduanya memiliki persamaan yaitu lupa diri karena mabuk.
Bagaimanakah dengan seseorang yang mabuk akan kedudukan atau jabatan hingga
kekuasaan. Demikian juga dengan seseorang di landa mabuk minuman keras. Lalu
bagaimana dengan seseorang yang di landa mabuk karena perjalanan sampai mabuk
karena makan atau minum yang berlebihan atau segala tindakan yang berlebihan.
Bagaimana dengan para pemimpin rohani dalam sebuah kelembagaan yang haus akan
pujian, kemuliaan serta kehormatan untuk di sanjung sebagai orang suci. Apakah
sama bobotnya dengan jabatan yang tinggi, pendidikan yang tinggi, kecantikan
dan kekayaan harta benda berlimpah yang menggiurkan akan mudah membuat terpana
dan tak sadarkan diri. Adalah sama jika
fenomena itu sebagai mabuk atau lupa diri. Fenomena itu selalu menganggap
dirinya paling benar sendiri. Kesepakatan terjadi dengan orang lain jika di
landasi oleh kesamaan prinsip serta
persepsi. Sama bobotnya dengan peristiwa molimo bagi orang Jawa dalam
pengertian negatif yaitu maling, madon, madat, mateni dan mabuk.
Ada dua kemabukan yang pantang bagi orang Jawa. Mabuk jiwanya secara utuh
sulit untuk di kendalikan sedangkan mabuk tubuh organnya karena makanan atau
minuman serta perjalanan hingga mengganggu keseimbangan jiwa mudahlah untuk
sembuh dan terobati. Jika mabuk di karenakan minuman atau makanan yang masuk di
perut jika telah tak berpengaruh lagi akan sadar dengan sendirinya. Lalu jika
mabuk jiwa akibat pemahaman prinsip dan persepsi hingga mempengaruhi spirit dan
mental sampai hawa dan nafsunya akan sulit terobati. Jiwa pikiran, perasaan dan
budinya telah mabuk atau lupa diri itu akan bisa di obati hanya dengan cara
mawas diri secara rutin dan melakukan aktivitas olah kebatinan yang disertai
perilaku yang mendorong membangun kesadaran diri. Dampak – dampak
ketidaksadaran diri inilah yang di waspadai bagi orang Jawa dalam kehidupan
sehari – hari secara konkret dalam adat istiadatnya sebagai pertahanan
sosialnya melindungi warganya.
Apabila ketidaksadaran diri terjadi dalam perilaku, perbuatan ataupun
ucapan sedang terjadi. Apa bedanya dengan mabuk, madat atau mendem atau segala
perbuatan tanpa di landasi kesadaran diri. Sama dengan gila atau edan.
Masyarakat Jawa di dalam budayanya sehari – hari tidak memperkenankan warga
masyarakatnya di rundung dan di belenggu oleh ketidaksadaran akibat mabuk nilai
– nilai yang merugikan kehidupannya pribadi. Entah yang di akibatkan mabuk
mimpi, mabuk ajaran – ajaran nilai, mabuk minuman keras, mabuk cinta, mabuk
kekuasaan dan kedudukan sosial maupun mabuk yang dikarenakan pola kebiasaan
buruk (merugikan dirinya atau masyarakat) yang telah membelenggunya.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar